Silsilah Nabi Hud AS
Nabi Hud AS adalah keturunan dari Nabi Nuh Alaihissalam, garis keturunannya sebagai berikut:
- Adam As
- Syits
- Anusy
- Qinan
- Mihlail
- Yarid
- Idris As
- Matusyalih
- Lamak
- Nuh As
- Sam
- Iram (Aram)
- ‘Aush (‘Uks)
- ‘Ad
- al-Khulud
- Rabah
- Abdullah
- Hud As
Ia berasal dari keluarga yang dihormati, kedudukannya yang istimewa ini dimanfaatkan oleh Nabi Hud untuk menyeru agar Kaum ‘Ad meninggalkan berhala dan hanya menyembah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Nama patung berhala Kaum ‘Ad
Tahun 2400 sebelum masehi Nabi Hud diutus oleh Allah subhanahu wa ta’ala sebagai nabi, dikisahkan pada saat itu Kaum ‘Ad telah membuat patung berhala, namanya:
- Dewa Shamud
- Dewa Shada, dan
- Dewa Al-Haba.
Patung-patung ini mereka sembah, karena mereka percaya bahwa patung-patung itu dapat menolong dan mendatangkan rezeki, Kaum ‘Ad merupakan umat manusia yang pertama kali menyembah berhala setelah peristiwa banjir besar pada masa Nabi Nuh Alaihissalam.
Hal ini terjadi karena mereka terlena dengan kesenangan-kesenangan hidup yang melalaikan, mereka suka menindas orang yang lebih lemah, bersenda gurau secara berlebihan, dan gemar bermaksiat.
Kaum ‘Ad sehari-hari tinggal di tenda-tenda, dalam surat Al-Fajr ayat 7, mereka disebut sebagai bangsa Iran yang terkenal dengan tiang-tiang tendanya, namun mereka juga gemar membangun istana dan benteng dari tanah yang tinggi, sekali mereka tinggal di istana dan benteng-benteng yang mereka bangun Ini.
Surat Asy-Syu’ara ayat 129, menjelaskan bahwa Kaum ‘Ad memiliki kerajaan yang maju membangun ribuan istana yang megah dan mewah, berlapis batu-batu mulia serta dikelilingi pagar-pagar yang menjulang tinggi. Mereka membangun itu semua untuk berlindung apabila ada bencana, sehingga mereka dapat hidup kekal di dunia ini.
DAKWAH NABI HUD AS KEPADA KAUM ‘AAD
Risalah keislaman terus diperjuangkan oleh Sam bin Nuh dan anak keturunannya. Tetapi lagi-lagi Iblis tidak pernah berhenti menggoda mereka. Maka dengan dalih untuk mengenang orang shaleh maka kaum Aad pun membuat patung.
Kekayaan, kekuatan fisik, kecerdasan akan dan umur panjang justru membuat kaum Aad ingkar. Bujuk rayu Iblis untuk memurtadkan mereka berhasil. Kesombongan Iblis telah mereka tiru. Dan pelan tapi pasti mereka mulai melupakan ajaran Nabi Nuh dan menyembah berhala.
Berhala yang mereka sembah mereka beri nama Shamud dan Hattar. Kaum ‘Aad menganggap berhala-berhala inilah yang memberi mereka kekayaan, kekuatan dan kekuasaan. Saking kayanya Raja mereka yaitu Raja Ajiizan, dan kaum ‘Aad tidur diatas tempat tidur yang terbuat dari emas.
Kaum Aad juga mulai menaklukkan daerah daerah di sekitarnya. Merampok kekayaan dan menjadikan warga daerah yang mereka kuasai sebagi budak. Orang yang tidak menurut tidak segan segan mereka bunuh. Nyawa menjadi sangat murah dimata mereka.
Hud adalah salah satu kaum ‘Aad yang menolak segala bentuk penyembahan berhala. Akal sehatnya tidak bisa menerima kalau berhala yang tidak bisa bergerak melakukan banyak hal. Kemurnian berfikirnya membawanya kembali kepada Fitrah Islam.
Allah SWT dengan kasih sayang-Nya mengangkat Hud menjadi Nabi dan Rasul. Pada saat Nabi Hud AS, berusia 40 tahun, datanglah Malaikat Jibril dengan membawa wahyu serta mengangkatnya menjadi Nabi dan Rasul
utusan Allah kepada kaum ‘Aad untuk memberikan peringatan bagi mereka.
utusan Allah kepada kaum ‘Aad untuk memberikan peringatan bagi mereka.
Maka, menghadaplah nabi Hud AS diantara raja dan penguasa-penguasa mereka yang saat itu sedang berpesta pora dengan segala kemegahan bersama rakyatnya. Dan berkatalah Nabi Hud kepada raja Ajiizan, “Wahai kaum ‘Aad, sembahlah Allah ? Tuhanku dan Tuhan kalian semua, Tinggalkanlah berhala yang menjadi sesembahan kalian! Seperti halnya kaum Nabi Nuh yang telah dilahap banjir, badai dan taufan karena telah menyekutukan Allah ?.”
Sebagaimana digambarkan dalam Al-Quran :
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” (QS. Al-A’raaf : 65)
Seruan ajakan Nabi Hud AS tersebut tidak dihiraukan sang raja dan antek anteknya. Nabi Hud malah diejek dan dianggap pendusta. Sebagaimana Allah SWT gambarkan dalam Al-Quran :
Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata: “Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta”. (QS. Al-A’raaf : 66).
dan Nabi Hud AS pun menjawab,
Hud berkata: “Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat-amanah Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu”. (QS Al-A’raaf : 67-68).
Siang malam nabi Hud berdakwah kepada kaumnya. Dengan suara lembut dan welas kasih beliau tidak henti-hentinya mengingatkan kaumnya untuk bertobat, meninggalkan berhala dan kembali kepada Allah SWT.
Akan tetapi dakwah Nabi Hud dianggap sepi. Tidak ada satupun raja dan orang kaya di kaum ‘Aad yang percaya. Mereka malah merasa iri mengapa harus Hud yang mendapat Wahyu bukan mereka. Puluhan tahun Nabi Hud AS berdakwah kepada kaumnya.
Bukannya tambah sadar, malah kaum ‘Aad semakin jauh tersesat. Ternyata harta dan kekuasaan telah membuat mereka lupa diri hingga kejahatan dan kemungkaran mereka semakin merajalela.
Nabi Hud tidak pernah menyerah, beliau tetap berdakwah. Beberapa anggota masyarakat tertindas dan budak akhirnya ada juga yang mau mengikuti ajakan Nabi Hud AS. Akan tetapi justru hal ini membuat cercaan dari kaum ‘Aad semakin menjadi jadi.
Mereka bahkan berani menyiksa kaum muslimin pengikut Nabi Hud. Bila mereka mengetahui ada yang memeluk Islam, maka kaum ‘Aad tidak segan segan membunuh dan merampas harta mereka. Beberapa dari pengikut Nabi Hud AS terpaksa menyembunyikan keislaman mereka karena takut disiksa raja Ajiizan dan bala tentaranya serta kaum ‘Aad yang lain.
Puncaknya adalah ketika mereka berencana untuk membunuh dan menghabisi Nabi Hud dan pengikutnya. Kesombongan kaum ‘Aad dan kekejaman mereka kepada kaum muslim pengikut Nabi Hud, membuat Nabi Hud bersedih.
Kehidupan Kaum Aad
Setelah sebagian besar kaum Nabi Nuh AS dimusnahkan dengan banjir bandang, Allah memberi anugerah kepada sebagian kaum yang beriman dengan kehidupan lebih baik. Dan, kaum Aad merupakan salah satu kaum penerusnya. Kaum ini hidup di bukit pasir Al-Ahqaf, perbatasan antara Oman dan Yaman. Beribu kenikmatan Allah limpahkan kepada mereka, baik berupa kemakmuran negeri, kecerdasan, maupun kehebatan fisik. Secara fisik, penduduk kaum Aad mempunyai perawakan yang tinggi, tegap, dan kuat, sehingga mampu mengerjakan berbagai aktivitas berat dengan mudah.
Di sisi lain, meskipun daerah ini berada di daerah perbukitan berpasir, namun kekayaan alam yang terkandung di dalamnya sangat melimpah. Hamparan pertanian dan sungai-sungai menghiasi pemukiman mereka. Hal ini tidak lepas dari kecerdasan yang Allah berikan kepada kaum Aad sehingga mampu menyulap bukit pasir yang tandus menjadi daerah yang sangat subur untuk ditumbuhi berbagai tanaman. Tidak hanya itu, berkat kecerdasan tersebut, mereka mampu mengatur perkotaan dan membangun gedung-gedung dengan arsitek tinggi pada zaman itu. Bisa dikatakan, negeri kaum Aad paling makmur di antara kaum lainnya.
Sayangnya, meskipun sudah diberi banyak kenikmatan, bukan rasa syukur yang ditunjukkan, namun justru kesombongan dan keangkuhan yang mendiami sifat mereka. Kekejaman dan kekejian juga mereka tunjukkan terhadap daerah yang berhasil mereka taklukkan tanpa belas kasihan. Mereka merasa sangat kuat dan tidak terkalahkan oleh apa pun. Kesombongan mereka pun mencapai puncaknya saat mengatakan bahwa tidak ada siapa pun yang mampu mengalahkan mereka di bumi ini. Berbagai dosa, maksiat, dan kerusakan bumi mereka lakukan dengan mudahnya dan tanpa merasa bersalah.
Parahnya lagi, mereka justru menyembah tiga buah berhala yang diberi nama Shad, Shamudra, dan Hara. Mereka menganggap bahwa ketiga berhala inilah yang memberi mereka kekuatan, kemakmuran, maupun keselamatan hidup. Kaum Aad merupakan kaum penyembah berhala pertama setelah kaum Nabi Nuh AS yang dimusnahkan Allah dengan banjir bandang. Mereka tidak mengenal lagi Allah yang sudah menyelamatkan leluhurnya dari azab yang pedih. Yang mereka ingat hanyalah kesenangan duniawi yang kini mereka miliki.
Kisah Nabi Hud di Tengah Kaum Aad dan Silsilahnya
Menghadapi semakin parahnya akhlak dari kaum Aad ini, Allah kemudian mengirimkan seorang nabi di antara kaum tersebut untuk memperbaikinya, yaitu Nabi Hud. Nabi Hud AS sendiri merupakan nabi keempat setelah Nabi Nuh AS Ia lahir dari salah satu keluarga kaum Aad dengan ayah bernama Abdullah. Bahkan, ia juga termasuk salah satu saudara dari pemuka kaum Aad itu sendiri. Jika dilihat dari garis keturunan, berikut ini merupakan silsilah dari Nabi Hud AS.
Hud AS > Abdullah > Rabah > Khulud > Aad > ‘Aush > Iram > Sam > Nuh AS.
Dari silsilah di atas, jelaslah bahwa Nabi Hud termasuk salah satu cucu dari Nabi Nuh AS. Ia dipilih Allah sebagai utusan untuk mengajak kaum Aad agar kembali menyembah kepada Allah. Seperti halnya nabi-nabi sebelumnya, banyak penolakan yang diterimanya, baik dari tetangga, masyarakat sekitar, maupun saudara sendiri. Dalam perjalanan hidupnya, Nabi Hud menikahi seorang wanita bernama Melka, anak dari Madai bin Japeth (Yafas). Menurut beberapa sumber, beliau tidak dianugerahi anak oleh Allah.
Azab yang Menimpa Kaum Aad
Perjuangan Nabi Hud dalam memperbaiki akhlak kaum Aad memang cukup berat. Sifat sombong dan angkuh yang dimiliki kaum Aad seakan sudah menutup mata hati mereka untuk bisa menerima hidayah dari Allah. Meskipun Nabi Hud sudah memperingatkan betapa azab Allah sangat pedih jika mereka tidak segera bertaubat, namun mereka tetap mengabaikannya dan justru menertawakan dan memperoloknya. Bahkan, mereka juga menantang agar azab tersebut segera didatangkan untuk membuktikan kebenaran ucapan Nabi Hud.
Allah sangat murka dengan kesombongan kaum Aad tersebut hingga akhirnya azab itu diturunkan lebih cepat sesuai keinginan mereka. Azab pertama yang Allah berikan berupa musim kemarau dan kekeringan yang sangat panjang. Hal ini membuat sungai-sungai menjadi kering dan tanaman mereka menjadi mati. Akibatnya, kelaparan hebat melanda kaum ini. Nabi Hud kembali menyeru kepada mereka untuk segera bertaubat dan mengatakan bahwa ini merupakan azab Allah.
Namun, seruan ini tetap tidak menggoyahkan pendirian kaum Aad untuk tetap menyembah berhala. Mereka beranggapan bahwa hanya tuhan merekalah yang mampu mengatasi kekeringan yang melanda negeri ini. Hingga suatu saat, muncullah awan hitam yang sangat tebal di atas negeri Aad. Penduduk sangat gembira karena mengira bahwa awan tersebut akan mendatangkan hujan dan kemakmuran kembali. Padahal, sebenarnya ini merupakan azab Allah tahap kedua.
Tak berapa lama, di saat penduduk Aad bergembira menyambut akan datangnya hujan, gumpalan awan hitam tersebut berubah menjadi badai angin topan yang memporakporandakan seluruh rumah penduduk. Manusia berlarian tak tentu dan hewan-hewan berterbangan ke sana kemari. Tidak ada satu pun makhluk yang bisa menolong mereka dari murka Allah ini. Sementara itu, Nabi Hud dan beberapa pengikutnya diselamatkan dari bencana ini. Menurut cerita, badai angin topan ini terjadi selama 8 hari berturut-turut.
Mukjizat dan Wafatnya sang Nabi
Setelah badai angin topan berhenti, suasana di Ahqaf menjadi sunyi senyap. Semua kaum Aad terbumihanguskan tanpa sisa, kecuali Nabi Hud dan sahabat-sahabatnya yang beriman. Mereka kemudian pindah ke Hadramaut, sekitar 80 km dari Kota Tarim, dan hidup menetap di sana hingga Nabi Hud meninggal dengan usia 130 tahun. Ia juga dimakamkan di daerah tersebut yang sampai sekarang masih sering diziarahi oleh seluruh umat muslim di dunia.
Selamatnya Nabi Hud dari bencana angin topan tersebut merupakan salah satu mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Hud. Tidak hanya itu, mukjizat lain yang dimiliki Nabi Hud berdasarkan cerita di atas adalah ia lahir di negeri yang sangat makmur dan diwafatkan dalam usia sangat panjang, yaitu 130 tahun.
Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita meneladani sifat beliau yang pantang menyerah meskipun beribu cemoohan diterimanya saat berdakwah. Kita juga bisa mengambil hikmah dari cerita ini bahwa kesombongan dan keangkuhan hanya hanya akan mendatangkan azab Allah lebih cepat.
Comments
Post a Comment